Rabu, 30 Maret 2011

Awas ! Jejaring Sosial Pengaruhi Kesehatan

Cyberbullying, sexting, dan apa yang disebut Facebook depression adalah beberapa alasan orang tua harus mewaspadai apa yang dilakukan remaja dan anak-anak di situs jejaring sosial, kata dokter anak.

Sebuah laporan klinis baru yang dipublikasikan di Pediatrics, menguraikan beberapa manfaat dan risiko jejaring sosial. Ia menekankan perlunya orang tua tidak hanya untuk berbicara dengan anak-anak mereka tentang risiko tertentu, tetapi untuk berpartisipasi dengan anak-anak mereka di situs seperti MySpace dan Twitter, daripada meninggalkan pemantauan pada program perangkat lunak.

"Kaum muda menemukan iming-iming media sosial yang sulit untuk ditolak, yang dapat mengganggu pekerjaan rumah, tidur, dan aktivitas fisik," ujar Gwenn Schurgin O'Keefe, MD, seorang dokter anak di Wayland, Massachusetts.

Gwenn juga seorang blogger dan penulis kesehatan yang turut menulis panduan. "Orang tua perlu memahami bagaimana anak mereka menggunakan media sosial sehingga mereka dapat menetapkan batas yang sesuai."

Gwenn adalah peminat masalah remaja dan kehidupan cyber mereka. "Saya menyisihkan waktu sebagai ibu dengan teknologi," ujarnya pada WebMD.Dia mengaku pernah harus memanggil putrinya untuk makan malam melalui pesan instan setelah berulang kali menelepon, dan gagal. Hal itu untuk mencuri perhatian putrinya dari sesi chat online.

"Dia telah menjadi menyatu dengan komputer. Dia begitu asyik dengan apa yang dia lakukan," kata Gwenn.

Pedoman baru diperlukan menyusul survei terbaru yang telah mengungkapkan apa yang tampaknya menjadi gap komunikasi yang signifikan antara orang tua dan anak-anak terkait jejaring sosial.

Sebuah laporan yang dirilis oleh peneliti Australia awal pekan ini, misalnya. Survei terhadap lebih dari 1.000 anak-anak sekolah menengah dan orang tua serta guru tentang kebiasaan online, menemukan bahwa hampir 95 persen mereka menggunakan situs jejaring sosial, paling sering Facebook.

Dan sementara sekitar setengahnya mengatakan mereka mengetahui ada beberapa elemen risiko dalam jaringan online, lebih dari seperempatnya menganggap situs itu aman.

Apalagi, hampir separuh siswa yang disurvei melaporkan bahwa mereka tidak berbicara kepada orang tua mereka tentang penggunaan situs jejaring sosial, dan hampir tiga perempat mengatakan mereka tidak berbicara dengan seorang guru tentang hal itu.

Sekitar 80 persen dari orang tua dalam survei mengatakan mereka telah melihat halaman profil anak mereka setidaknya sekali.