Rabu, 30 September 2009

Pempek, Oleh-oleh Khas Palembang

MUSIM libur Lebaran identik dengan mudik alias pulang kampung. Pada momen seperti itulah popularitas makanan khas dan makanan tradisional di Kota Palembang mencapai puncaknya. Dampaknya, toko oleh-oleh makanan khas di kota ini diserbu pembeli.

Pempek, kemplang dan kerupuk asal kota ini sudah terkenal hingga ke mancanegara. Setiap orang Palembang yang tinggal di kota lain selalu membawa makanan berbahan baku ikan itu sebagai oleh-oleh. Mungkin saja, makanan sejenis sudah ada di kota lain, tetapi makanan khas yang dibeli dari daerah tertentu tetap memiliki pesona dan greget tersendiri.

Suasana toko yang menyediakan makanan khas tersebut pasca lebaran cukup ramai. Para pekerja toko tampak sibuk melayani konsumen yang datang. Di Pempek Candy misalnya, pengunjung yang datang sangat ramai. Antrean cukup panjang terlihat hingga ke depan toko. Pembeli yang oleh-olehnya dipacking memilih menunggu sambil menyantap pempek.
Tidak hanya orang Palembang, pendatang yang kebetulan ikut mudik ke Kota Palembang memilih oleh-oleh yang sama. Fahmi, warga Bandung yang ditemui usai membeli beragam pempek di Pempek Candy, Jumat (25/9) mengaku, membeli pempek sebagai kegiatan rutin setiap kembali ke Palembang. Minimal dua dus berisi pempek dibelinya untuk buah tangah teman dan keluarga di tempat asalnya.
“Ini buah tangan untuk teman dan saudara di Bandung,” katanya.
Tahun ini jumlah pempek yang dibawanya cukup banyak. Tidak tanggung-tanggung, Fahmi memborong pempek hingga lima dus besar. Uang Rp 1,2 juta harus dikeluarkannya hanya untuk menunjukkan kepada temannya jika ia baru saja kembali dari Palembang.
“Kalau tidak bawa pempek suka diragukan baru kembali dari Palembang,” imbuhnya.
Setiap kali kembali dari Palembang, hal yang pertama ditanyakan teman-temannya di Bandung adalah oleh-oleh pempek. Walaupun bukan orang Palembang, para temannya selalu rindu menyicipi makanan yang berbahan ikan itu. “Mereka bahkan tahu mana pempek murahan dan mana pempek berkualitas,” tambahnya.

Sementara mereka yang tidak sempat mudik ke kampung halamannya di Palembang meminta keluarga mengirimkan oleh-oleh tersebut ke kota yang mereka diami. Hendra membeli pempek untuk kakaknya yang ada Makasar. Kakak kandungnya itu berhalangan mudik ke Palembang. Ia memilih cuti ke Bandung untuk berlebaran di rumah mertuanya. Sebagai oleh-oleh nantinya saat kembali ke Makasar, ia diminta mengirimi pempek untuk teman-temannya. “Mungkin izin lebarannya ke Palembang,” ungkapnya.
Hendra memilih jasa pengantaran kilat untuk mengirimkan oleh-oleh itu. Jika dikirim via transportasi darat takutnya pempek tersebut keras dan bau karena daya tahan pempek hanya maksimal dua hari saja. “Besoknya pasti sampai,” kata Hendra.

Begitu juga Selamet Riadhi. Dua dus besar berisi 500 pempek beragam bentuk dibelinya. Dus-dus itu merupakan buah tangan untuk adiknya yang berada di Surabaya pada lebaran ini. Nantinya pempek itu akan disajikan sebagai makanan jamuan hari raya untuk teman-teman kantornya. Adiknya itu kebetulan menjabat sebagai salah satu pejabat di lingkungan bank. “Dia tidak sempat balik karena sibuk,” katanya.
Selamet mengakui jika pempek juga dijual di Surabaya. Tapi rasa pempek dan cukanya jauh berbeda. Orang-orang juga sudah tahu mana pempek yang enak mana yang tidak. “Pempek asli Palembang sudah terkenal dimana-mana. Kalau beli di kota lain berbeda racikan dan rasanya,” tambahnya.
Nantinya, pempek itu akan dikirim melalui pesawat. Ini dilakukan untuk mempersingkat waktu agar pempek masih segar dan enak di makan. Seperti diketahui, pempek punya umur simpan paling lama tiga hari saja.

Lemak Nian......Pempek Palembang....


Sumber : Sriwijaya Post

2 komentar: