Jumat, 11 September 2009

Sahur & Berbuka Menurut Rasulullah

DALAM bulan suci Ramadan ada suatu waktu kita untuk makan sahur, pertanda bahwa keesokan harinya akan menunaikan ibadah puasa. Makan sahur memang diwajibkan kepada kita yang akan berpuasa keesokan harinya. Kenapa? Karena Allah SWT dan para malaikat akan bershalawat atas orang-orang yang bersahur. Sabda Rasulullah SAW: “Bersahurlah kamu karena dalam makan sahur itu ada keberkatan.” (HR Ahmad, Al Bukhari dan Muslim dari Anas).
Di lain waktu Rasulullah SAW juga bersabda: “Bersahur itu adalah suatu keberkatan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah SWT dan para malaikat bershalawat atas mereka yang bersahur.” (HR Ahmad dari Abu Sa’id)

Kemudian Rasulullah SAW juga pernah bersabda mengenai sahur ini: “Bersahurlah kamu walau hanya dengan setegguk air.” (HR Ibnu Hibban dari Umar ra).
Dari ketiga hadist barusan disimpulkan bahwa makan sahur merupakan rangkaian ibadah puasa. Oleh karenanya harus dikerjakan.

Kapan makan sahur itu dilaksanakan? Menurut Rasulullah SAW, waktu sahur yang baik adalah mendekati waktu subuh. Apabila dicontohkan dengan jarak waktu, bila kita dapat membaca sekitar 50 ayat suci Alquran, tibalah waktu subuh.

Manakala dihitung dengan waktu di daerah kita Sumsel ini, maka kira-kira antara pukul 03.50 sampai 04.28. Itulah yang disebut waktu sahar (makan sahur). Di luar waktu itu, menurut Rasulullah SAW, bukan makan sahur, tetapi makan malam atau makan tengah malam dan belum menjadi rangkaian ibadah.

Maka itu, agar makan sahur kita memiliki nilai ibadah, sudah selayaknya mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Jika kita meneladani, mencontoh dan mengikuti cara sahurnya Rasulullah SAW berarti setelah makan sahur, kita tidak kembali tidur, tetapi bersiap-siap untuk menunaikan salat subuh.

Cara Makan
Cara makan Rasulullah SAW (yang telah beliau ajarkan) adalah makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang. Demikian juga halnya dengan makan sahur. Beliau tidak makan seperti orang yang takut kelaparan esok harinya. Beliau makan sekedarnya saja bahkan hanya untuk memenuhi persyaratan puasa semata.

Insya Allah apabila puasa dilaksanakan dengan niat yang ikhlas semata-mata karena Allah, maka selama kita berpuasa tidak akan terasa perubahan dibandingkan saat kita tidak sedang berpuasa. Bahkan biasanya keseharian kita terasa lebih nikmat dan bersemangat.

Sebagai umat Muhammad Rasulullah SAW, kita juga disunatkan mengikuti cara beliau berbuka puasa. Selama hidupnya Nabi tidak pernah menunda-nunda berbuka jika telah sampai waktunya, walaupun dengan seteguk air putih.

Setelah berbuka puasa, biasanya Rasulullah SAW langsung menunaikan shalat maghrib. Setelah itu barulah beliau menyempurnakan makannya. Itupun tidak terlalu kenyang karena tujuannya agar lebih leluasa mengerjakan shalat Isya’ dan Taraweh.

Apabila kita renungkan dan bandingkan dengan cara kita sekarang ini yang berbuka puasa dengan beraneka ragama makanan. Terutama bagi mereka yang mampu (ditambah minuman sampai empat atau lima macam) jelas bertentangan dengan cara Rasulullah SAW. Terlebih lagi bila semua hidangan itu banyak bersisa dan dibuang percuma sehingga mubazirlah hukumnya.

Puasa yang demikian ini hanyalah menahan lapar haus ketika siang hari saja, namun tidak dapat “menahan diri” pada saat berbuka. Padahal puasa adalah mengendalikan diri termasuk bagaimana mengendalikan nafsu pada saat berbuka. Wallahu a’lam bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar