Senin, 09 November 2009

Menghindari Stres Dengan Konsep Islam

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka jadi tentram dengan mengingat Allah SWT. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah SWT hati menjadi tentram.” (QS Ar-Ra’d 28)

HIDUP yang tentram, damai dan sejahtera serta mendapat berkah dari Allah SWT adalah dambaan setiap muslim. Hanya saja untuk meraih hidup yang tenang dan penuh berkah itu tidak semudah kita membalikkan telapak tangan. Beragam problema hidup membuat orang jadi resah dan gelisah. Resah dan gelisah itu menjadikan hati seseorang tidak tenang, yang kadang-kadang menjelma jadi putus asa dan stres, depresi atau mengalami goncangan jiwa.

Hari-hari belakangan ini yakni seusai Pemilu Legislatif 9 April lalu, beberapa media massa baik cetak maupun elektronika sering memberitakan ikhwal caleg yang mengalami depresi, stres. Ada yang mengamuk membongkar rumah warga karena tidak memilih si caleg. Tapi ada pula sampai menggantung diri. Hebatnya lagi, beberapa rumah sakit jiwa menjelang Pemilu sengaja menambah sal tempat tidur untuk persiapan menampung orang-orang yang mengalami goncangan jiwa akibat Pemilu.

Kenapa orang jadi resah, gelisah, depresi dan stres? Jawabannya juga beragam. Mungkin juga karena sudah banyak yang mengeluarkan uang, tapi tidak mendapat suara yang signifikan. Mungkin ada pula karena malu karena gagal menjadi wakil rakyat. Tentu bila dilihat dari kacamata agama, mereka yang mengalami goncangan jiwa dan depresi serta stres disebabkan gagal mendulang suara pada Pemilu lalu karena iman mereka lemah. Mungkin juga karena motivasinya untuk jadi wakil rakyat tidak disertai keikhlasan.
Menurut ajaran Islam, guna mewujudkan ketenangan dan ketentraman jiwa (sakinah), ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
n Mulailah keseharian kita dengan mengingat dan menyebut nama Allah SWT. Begitu bangun tidur kita ucapkan alhamdulillah. Berkat nikmah dan rahmat-Nya, kita dibangunkan-Nya dari tidur. Bagi yang sempat shalat tahajud laksanakan shalat tahajud. Lalu shalat subuh tepat waktu. Berangkat kerja niatkanlah karena Allah, sehingga apapun tugas kita akan bernilai ibadah di sisi-Nya.
n Kapanpun dan dimanapun kita bertugas selalu ingat dengan kewajiban kita sebagai seorang muslim yakni shalat lima waktu. Tidak ada alasan apapun bagi seorang muslim untuk tidak menunaikan shalat karena shalat adalah tiang agama. Tidak bisa berdiri, boleh shalat dengan duduk. Tak mampu duduk boleh dengan berbaring. Jika tak kuasa lagi menggerakkan tubuh kita maka boleh shalat dengan isyarat. Begitu pentingnya mendirikan shalat.
n Ingatlah selalu dengan Allah SWT (zikrullah), di manapun kita berada. Ingatlah bahwa yang menentukan hidup-mati kita adalah Dia. Jika kita gagal menggapai cita-cita seperti menjadi legislator, ingatlah semuanya itu adalah ketentuan Allah SWT.
n Selalulah bersikap optimis dan tidak mudah putus asa karena Islam melarang umatnya berputus asa. Setiap muslim harus meyakini benar bahwa setiap makhluk yang ada di muka bumi ini ditanggung oleh Allah SWT rezekinya.
Apabila keempat hal ini mampu kita aplikasikan dalam keseharian kita, maka insya Allah hidup kita akan tenang dan terhindar dari depresi atau stres, gangguan jiwa.
Agar bisa melaksanakan konsep-konsep Islam tersebut kita harus mampu menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dengan kebutuhan rohani. Dalam memenuhi kebutuhan jasmani, Allah SWT mengingatkan kita jangan melupakan kebahagiaan di dunia. Kita boleh bekerja keras agar mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga kita. Bahkan kalau bisa ada kelebihan sehingga kita mampu pula untuk berzakat atau bersedekah kepada saudara-saudara kita yang tidak mampu.
Namun kita jangan pula melupakan akherat. Kebutuhan rohani harus pula dicukupi dengan selalu taat menjalankan perintah Allah SWT. Orang-orang yang mengalami goncangan jiwa, depresi atau stres karena rohaninya kosong. Rohaninya tidak diisi dengan kegiatan yang bernuansa mental-spiritual.
Mengisi rohani dengan kegiatan spiritual tidak hanya dengan beribadah kepada Allah SWT, tetapi juga lewat kegiatan amal saleh lainnya. Jika kita diberi Allah SWT kelebihan rezeki maka kita sisihkan sebagian untuk berinfak fi sabilillah, seperti membantu fakir-miskin, membantu pembangunan rumah peribadatan, madrasah dan lain sebagainya. Dengan menerapkan pola hidup seimbang itu, insya Allah hidup kita diberkahi oleh-Nya, yakni hidup tentram (sakinah), hati yang tenang dan penuh optimis serta terhindar dari depresi, stres dan keputusasaan.

Sumber : Sriwijaya Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar